Oleh : Darmawan
Bagi orang-orang yang selalu
berpergian ketemajuk tentunya tidak pernah mengira bahwa di cermai desa sebubus
kecamatan paloh tempat yang selalu di lewati dulunya adalah tempat yang ramai, karena
disini terdapat pabrik kayu jaman belanda.
Ketika aku mengajak seorang teman
untuk melihat tempat ini dia terheran-heran tak menyangka ada tempat seperti
ini di cermai, wajar saja banyak yang tidak tahu karena sisa-sisa bangunan
sudah tertutup pepohonan dan tertimbun pasir.
Hasanah atau lebih akrab
dipanggil ndek sanah yang merupakan orang paling tua yang masih hidup sudah
turun temurun tinggal di cermai ini, menuturkan bahwa jalan yang sekarang kita gunakan dulunya adalah
jalur rel lokomotif sampai sungai belacan yang paling banyak ada di km6 Lokomotif yang digunakan ada beberapa buah berfungsi untuk mengangkut kayu .
Masih
kuat di ingatan nenek ini tentang pengelola pabrik ada yang bernama tuan alio,
sum, timpang begitu panggilan masyarakat cermai kepada orang belanda ini. Dan
juga tentang kapal yang masuk muara sungai maka akan terdengar suara sirine, salah
satunya ada yang bernama silalang tidak seperti muara sekarang yang dangkal dan
terputus antara pulau haji sani dan selimpai yang tak bisa dimasuki kapal besar.
Untuk melihat tempat ini dari mulai dari pelabuhan cermai sekitar 200 M dan 6 M
dari tepi jalan sebelah kanan sebelum perkampungan penduduk sisa-sisa bangunan
seperti kolam beton memanjang sampai ketepi sungai dan terowongan serta sisa
batu bara yang berserakan masih bisa terlihat.
Pada waktu besi bekas laku mulai
dari rel, lokomotif maupun besi dibangunan yang ada diambil untuk dijual. Apakah
kemungkinan masih ada harta karunnya kali ya……