Sunday, December 25, 2016

Melirik Potensi Mangrove Sebagai Alternatif Sumber Pangan

Bagian I

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang hakiki dan pemenuhan kebutuhan pangan harus dilaksanakan secara adil dan merata berdasarkan kemandirian dan tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat seperti yang diamanatkan oleh UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan. Upaya pemenuhan kebutuhan pangan harus terus dilakukan mengingat peran pangan sangat strategis, yaitu terkait dengan pengembangan kualitas sumber daya manusia, ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional sehingga ketersediaanya harus dalam
jumlah yang cukup, bergizi, seimbang, merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Saat ini jumlah penduduk Indonesia telah mencapai lebih dari 252 juta jiwa yang mengakibatkan kebutuhan pangan terus meningkat, pemenuhan kebutuhan pangan bagi penduduk di seluruh wilayah pada setiap saat sesuai dengan pola makan dan keinginan bukanlah pekerjaan yang mudah karena pada saat ini fakta menunjukkan bahwa pangan pokok penduduk Indonesia bertumpu pada satu sumber
karbohidrat yang dapat melemahkan ketahanan pangan dan menghadapi kesulitan dalam pengadaannya. Masalah pangan dalam negeri tidak lepas dari beras dan terigu yang ternyata terigu lebih adoptif daripada pangan domestik seperti gaplek, beras jagung, sagu atau ubijalar, meskipun di beberapa daerah penduduk masih mengkonsumsi pangan tradisional tersebut.
Potensi sumber daya wilayah dan sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia memberikan sumber pangan yang beragam, baik bahan pangan sumber karbohidrat, protein maupun lemak sehingga strategi pengembangan pangan
perlu diarahkan pada potensi sumberdaya wilayah dan sumber pangan spesifik. Indonesia sebagai negara kepulauan terbanyak di dunia memiliki 13,466 pulau dengan garis pantai sepanjang 99,093 kilometer terpanjang nomor dua terpanjang didunia setelah Kanada dengan memiliki potensi sumberdaya pesisir dan lautan yang sangat besar.


Belum banyak pengetahuan tentang potensi dan manfaat mangrove sebagai sumber pangan, dari hasil beberapa penelitian yang dilakukan bahwa masyarakat telah memanfaatkan buah mangrove
untuk dimakan terutama jenis Bruguiera gymnorrhiza yang buahnya dibuat tepung dan diolah menjadi kue. Penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai atau sekitar hutan mangrove seperti di Muara Angke Jakarta dan teluk Balikpapan secara tradisional juga telah mengkonsumsi beberapa jenis buah mangrove sebagai sayuran, seperti Rhizopora mucronata, Acrosticum aerum (kerakas) dan Sesbania grandiflora (turi). Bruguiera gymnorrhiza yang biasa disebut Lindur atau tumok dikonsumsi dengan cara mencampurkannya dengan nasi sedangkan buah Avicennia alba (api-api) dapat
diolah menjadi keripik dan kue. Buah Sonneratia alba (pedada) diolah menjadi sirup, dodol, selai dan permen. Begitu pula di sebagian wilayah Timor barat, Flores, Sumba, Sabu dan Alor, masyarakat menggunakan buah mangrove ini sebagai pengganti beras dan jagung pada waktu terjadi krisis pangan. Masyarakat di kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, sudah terbiasa mengkonsumsi buah mangrove dan kacang hutan sebagai pangan lokal pada waktu tertentu.

Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas sebagai daerah pesisir yang memiliki hutan mangroveyang cukup luas namun potensi ini belum termanfaatkan dengan baik selama ini, pada tahun 2016 ini baru diperkenalkan berbagai macam olahan buah mangrove dengan pelatihan melalui Pogram Pengembangan Kawasan Pesisir Tangguh (PKPT) dari Kementrian KKP dan Pelaksana kegiatan DKP Kab. Sambas bersama Tim Teknis SKPD Sambas ditiga Desa yaitu Sebubus, Nibung dan Malek menunjukkan hasil yang baik. Walaupun masih tergolong baru Alhamdulilah Kelompok Masyarakat Pesisir (KMP) bentukan PKPT ini yang diberi nama “Gerambang Lestari” yang diketuai oleh Ibu Wajjah di Dusun Jeruju Desa Sebubus sudah dapat memproduksi olahan buah mangrove seperti Buah Sonneratia jenis ovata yang terdapat didaerah ini dibuat sirup, minuman segar yang dikemas menggunakan gelas plastik, dodol, selai dll serta sudah dipasarkan terutama di lokasi ecowisata mangrove. Bersambung..........

Wednesday, December 21, 2016

Hutan Mangrove Sebagai Pertahan Terakhir

Bicara tentang Hutan yang ada di Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas tidaklah jauh berbeda dengan tempat lain, hutan yang merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan kondisinya sekarang memprihatinkan.
Paloh yang dikenal sebagai daerah perbatasan dengan memiliki pantai yang indah dan tanah yang subur seperti seorang gadis yang cantik yang mulai dilirik dan diperebutkan dari berbagai penjuru daerah, lahan-lahan yang ada diperjual belikan tidak peduli itu kawasan hutan yang disebut sebagai wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Para pemain lahan tidak peduli itu kawasan hutan produksi, hutan lindung maupun taman wisata alam juga diperjual belikan yang penting urusan kampung tengah alias perut terselesaikan, maklum saja siapa yang tidak tertarik mengenai lahan berhektar-hektar dengan harga murah hitung-hitung hanya beli hutan dan hal ini dimanfaatkan bagi yang punya uang untuk menguasai lahan sebanyak-banyaknya.
Hutan yang sudah dibeli kemudian dibabat untuk dijadikan perkebunan, tentunya hal ini membuat permasalahan baru seperti para mafia lahan versuspara pekerja kayu.Kita sama-sama mengetahui bahwa kayu masih sangat diperlukan dalam hal pembangunan, pekerja kayu selama ini mencari kayu dengan tebang pilih berbeda dengan pembukaan lahan perkebunan dengan membabat habis kayu-kayu pada lahan yang dikuasainya. Namun yang jadi sorotan dan dipersalahkan selama ini yang merusak hutan adalah pekerja kayu, seharusnya para mafia lahanlah yang jadi sorotan.

Pemerintah melalui Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah memberikan solusi bagi bagi masyarakat yang beraktifitas didalam kawasan hutan maupun sekitar hutan dengan program Hutan Kemasyarakatan, Hutan Desa maupun Hutan Tanaman Rakyat  namun ketika mencoba mengusulkan berbenturan dengan para penguasa lahan yang sudah mengantongi surat menyurat seperti SKT atau SPT yang seharusnya dihutan kawasan ini  tidak ada kepemilikan surat menyurat dalam hal ini perlu penanganan khusus. 
Wilayah pesisir  Kecamatan Paloh merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut dengan ekosistem pesisir yang merupakan kesatuan komunitas tumbuh-tumbuhan, hewan, organisme dan non organisme lain serta proses yang menghubungkannya dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas serta bentang alam yang berada di dalam satu hamparan kesatuan ekologis yang ditetapkan oleh batas-batas alam, seperti daerah aliran sungai, teluk, dan arus (Bioekoregion).
Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang ada memiliki  sumber daya hayati, sumber daya nonhayati, sumber daya buatan, jasa-jasa lingkungan, sumber daya hayati meliputi ikan, terumbu karang, padang lamun, mangrove dan biota laut lain, sumber daya nonhayati membuat wilayah pesisir ini menjadi penting.
Melihat kondisi hutan daratan saat ini yang semakin
tipis, hanya tinggal hutan di wilayah pesisir yang masih tersisa yaitu hutan mangrove bisa dibilang sebagai pertahanan terakhir ini, namun keberadaan hutan ini juga sangat rawan jika tidak diantisifasi bisa rusak dan hancur seperti adanya alih fungsi lahan, eksploitasi hutan mangrove dan penebangan liar belum lagi ditambah pencemaran limbah domestik/pencemar sehingga tingkat sedimentasi dan abrasi yang tidak terkendali.
Jika hal ini terjadi sungguh sebuah ancaman yang sangat besar bagi penduduk di daerah pesisir ini, tentunya kita sama-sama mengetahui fungsi danperanan penting hutan mangrove yang secara fisik sebagai penyerap karbon, penahan abrasi, penahan angin, penahan intrusi air laut serta secara biologi sebagai tempat berkembang biaknya biota laut maupun tempat hidup berbagai satwa dan tempat wisata alam. Yang tidak kalah pentingnya adalah secara ekonomi sebagai tempat mata pencaharian masyarakat dengan adanya adanya kepiting, kuyung, kepah dan sebagainya dapat menambah penghasilan.
Salah satu yang mulai dikembangkan didaerah ini khususnya di Dusun Setingga Asin dan Setingga Desa Sebubus dimana terdapat hutan mangrove berbentuk pulau yang dijadikan tempat ecowisata berupa track dimangrove dengan panjang ± 438 M yang baru saja diresmikan keberadaannya pada (7/12) oleh H. Arsyad, SH, M.Si mewakili Bupati dan Wakil Bupati Sambas, tempat ecowisata ini merupakan salah satu bentuk kepedulian Pemerintah melalui Kementrian Kelautan Dan Perikanan maupun Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Sambas
Tentunya pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil diperlukan kerjasama dari segala pihak mulai dari proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, pengendalian, perlindungan, pengamanan dan pelestarian tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi dengan kerjasama antar sektor, antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Jangan biarkan hutan mangrove di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang masih tersisa ini juga terancam kerusakan, mari bersama menjaga,
melindungi dan melestarikannya sebagai pertahanan terakhir untuk masa depan yang lebih baik.



Tuesday, December 20, 2016

Mengenal Lebih Dekat Bekantan Sihidung Mancung

Keberadaan Bekantan Satwa Endemik Kalimantan yang ada di Desa Sebubus Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas saat mulai di kenal oleh masyarakat luas, bekantan ini masih dapat ditemukan dibeberapa titik dihutan mangrove. Salah satunya adalah yang sekarang dijadikan tempat ecowisata yang dekat dengan jalan raya dan pemukiman penduduk.

Bagi pengunjung yang penasaran maumelihat bekantan ini tentunya dapat menanyakan informasi langsung kepada komunitas kalilaek yang berkecimpung dalam hal ini agar tidak salah persepsi saatber kunjung kelokasi ini, bekantan tidak serta merta dapat dilihat di sekitar track ini kecuali putaran makanannya berada disekitar track apalagi jika terdapat banyak orang pastinya langsung kabur dia dan menjauh.

Hal ini dikarenakan para bekantan belum terbiasa dengan ramainya, namun tidak menutup kemungkinan suatu saat dapat dilihat dengan mudah seperti di kabupaten-kabupaten lain di Kalimantan  yang terdapat bekantan yang sudah maju dalam pengelolaan ecowisata mangrove dan bekantannya. Beberapa bukti contoh bekantan ini dapat dilihat disekitar track seperti saat bersama teman-teman Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK), Pemuda Peduli Lingkungan, Sekcam Paloh beserta perangkatnya juga melihat keberadaan bekantan ini bahkan saat peresmian track bersama Staf Ahli yang mewakili Bupati dan WakilBupati, SKPD Sambas, Muspika Paloh beserta tamu undangan dapat melihat secara langsung satwa endemik ini.

Begitu juga saat mempromosikan ecowisata ini lewat jalur sungai secara gratis bagi para pengunjung dalam dua hari ini, sudah banyak yang melihat bekantan. Sedikit info tentang bekantan berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan komunitas kalilaek:
1.   Waktu yang baik untuk melihat bekantan adalah pada pagi hari saat mencari makanan atau sore saat para bekantan ini akan tidur dipohon mangrove pinggiran sungai dengan menggunakan perahu motor.
2.   Makanan bekantan pagi hari adalah pucuk-pucuk daun mangrove, siang hari berada dibawah pohon makan pucuk-pucukkan seperti pakis maupun tumbuhan merambat beberapa bibi-bijian dan buah-buahan yang ada dihutan mangrove dan pada sore harinya para bekantan ini makan pucuk daun mangrove lagi. 
3.   Pola makan bekantan tergantung pada pucuk-pucuk daun mangrove, ketika sudah habi spucuk disuatu tempat bekantan ini akan berpindah ketempat lain untuk mencari pucuk-pucuk baru bahkan dengan menyebrang sungai namun tidak jauh dari lokasi ecowisata.

Bagi yang sudah terbiasa beradadi hutan mangrove dengan mencium baunya bekantan yang terbawa angin sudah dapat mengetahui posisi dimana mereka berada, nah untuk mengenal lebih dekatdengan satwa yang satu ini ada beberapa reverensi yang perlu diketahui seperti :

APA ITU BEKANTAN
Bekantan merupakan satwa endemik ( asli ) Pulau Kalimantan dalam bahasa latin (ilmiah) disebut Nasalis larvatus, sedang dalam bahasa inggris disebut Long-Nosed Monkey atau Proboscis Monkey di beberapa daerah disebut dengan beberapa nama seperti Bangkatan, Neusaap, Kera Belanda, Pika, Bahara, Bentangan, Raseng, Kahau dan di Sambas sendiri disebut Kalilaek atau klaek.

 CIRI-CIRI BEKANTAN
Bekantan merupakan sejenis kera yang mempunya iciri khas hidung yang panjang dan besar dengan rambu tatau bulu berwarna coklat kemerahan dan putih dengan ekor berwarna putih.
Hidung panjang dan besar pada Bekantan (Nasalislarvatus) hanya dimiliki oleh pejantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun dengan hidungnya yang besar tidak mempengaruhi dalam mengunyah makanan hal ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Bekantan betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya.

UKURAN DAN BERAT BADAN
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Kera Bekantan betina berukuran sekitar 60 cm dengan berat 12 kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar (buncit). Perut buncit ini sebagai akibat dari kebiasaan mengkonsumsi makanan buah-buahan, biji-bijian dan dedaunan yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna.

KEHIDUPAN BEKANTAN
Bekantan (Nasalislarvatus) hidup secara berkelompok masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor Bekantan jantan yang besar dan kuat. Biasanya dalam satu kelompok berjumlah sekitar 10 sampai 30 ekor bahkan lebih.
Sistem sosial bekantan pada dasarnya adalah One-male group, yaitu satu kelompok terdiri dari satu jantan dewasa, beberapa betina dewasa dan anak-anaknya. Selain itu juga terdapat kelompok all-male, yang terdiri dari beberapa bekantan jantan yang menginjak remaja yang keluar dari kelompok one-male.
Seekor Bekantan betina mempunyai masa kehamilan sekitar 66 hari atau 5-6 bulan dan hanya melahirkan 1 (satu) ekor anak dalam sekali masa kehamilan. Anak Bekantan ini akan bersama induknya hingga menginjak dewasa (berumur 4-5 tahun).

Bekantan juga dapat  berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau kepulau lain. Untuk menunjang kemampuan berenangnya, pada sela-sela jari kaki bekantan terdapat selaput. Selain mahir berenang bekantan juga bisa menyelam dalam beberapa detik, sehingga pada hidungnya juga dilengkapi semacam katup. Satwa yang dilindungi ini lebih banyak menghabiskan waktu di atas pohon.

BEKANTAN TERANCAM PUNAH
Keberadaan bekantan yang hanya bisa hidup dan tergantung pada kawasan hutan mangrove menyebabkan kelestariannya sangat terancam karena tidak punya pilihan lain untuk melarikan diri saat habitatnya dibuka untuk berbagai aktifitas manusia. Ancaman bagi habitat bekantan itu karena terus terjadi pembukaan lahan untuk berbagai aktifitas manusia misalnya pembukaan lahan tambak intensif, pertanian, perkebunan dan industri di kawasan pesisir serta ada yang memburu bekantan untuk dimakan. Ancaman serius bagi satwa ini adalah karena habitatnya, yakni hamparan mangrove adalah kawasan  hutan di Indonesia yang paling cepat musnah karena daerah pesisir dan sungai adalah daerah pertama yang akan dihuni oleh orang-orang.

“Berbeda dengan primata lain, bekantan tidak bisa hidup pada kawasan hutan ‘Dipterocarp’ (jenis meranti) yang luas dan jauh kepedalaman di Kalimantan. Selain itu ada anggapan keliru bahwa bekantan dengan mudah dapat makanan di hutan mangrove padahal satwa ini hanya memakan daun muda, buah-buahan dan biji-bijian mentah. Mereka bisa mendapatkan daun di hutan bakau, tetapi hampir tidak ada buah-buahan dan biji dapat dimakan di hutan mangrove,”Bekantan harus meninggalkan hutan mangrove secara teratur untuk mencari makanant ambahan di hutanjenis lain sehingga jika hutan mangrove terus berkurang maka bekantan akan mati kelaparan.

Alasan itu menyebabkan IUCN (World Conservation Union) mengklasifikasikan bahwa bekantan termasuk satwa langka yang sangat terancam kelestariannya, sekarang tinggal bagaimana kita adakah Simpati dan Empati terhadap keberadaan Bekantan diHutan Mangrove yang masih ada ini,   “ Save Flora & Fauna Di Bumi Paloh ”