Saturday, March 29, 2014

OLAHRAGA TRADISIONAL “PERANG TELUR PENYU”

Oleh : Darmaone
Perang telur penyu merupakan jenis olahraga tradisional yang menggunakan otot ringan dan bernuansakan seni, adat istiadat serta ritual keagamaan, Ki Asni warga dusun jeruju desa sebubus kecamatan paloh menuturkan kisah sejarah tentang olah raga ini sudah ada sejak Jaman Sultan M. Syafioedin Maulana yang pada saat itu pantai masih menyatu dan sistem pajak telor sudah ada meliputi dari Tj. Bayung ( jawai) sampai Tj. Dato (Temajuk).

Penguasaan akan penyu ini bermula dari H. Abdullah anak raja bone yang datang kepaloh dan bermukim di Tj. Gelumbung atau pulau tua sampai belanda masuk kesambas dan sistem pajak kemudian dibagi menjadi  dua. Yang membuat ramai daerah ini adalah dengan datangnya para nelayan dari china setiap tahunnya yang berlabuh dipulau kambang dan seterusnya pengelolaan penyu ini diserahkan kepada pak mohctar. 
 
Perang telur ini dimulai antara bulan januari – maret dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada seluruh masyarakat, kegiatan ini dimulai dengan acara ritual didarat bersama masyarakat dengan pembacaan do’a tolak bala oleh tokoh agama dangan menyiapakan berbagai macam kue yang nantinya akan dimakan secara bersama. Khusus dalam acara ini, telor penyu hanya diambil dan dikumpulkan hanya satu malam jadi tidak boleh lebih. Sedangkan acara perang telur dipimpin oleh pemangku adat dengan membagi peserta dengan dua team, satu team darat dan satunya lagi team laut. 
 
Masing-masing team dibekali dengan ketupat yang berisi ampas kelapa dan telor penyu yang dimasukkan kedalam kantong. Setelah kedua team siap pemangku adat memberi aba-aba perang dimulai, yang menyerang pertama adalah team darat dengan pembukaan seranggan menggukan ketupat setelah itu baru menggunakan telor penyu sampai team laut mundur sampai masuk ke laut sebatas leher.
 
Kemudian team laut berunding untuk membalas serangan, ditengah suka cita team darat merasa sudah memukul mundur team laut dan tanpa disadari team darat team laut melakukan serangan balasan sehingga team darat kewalahan dan menyerah dengan mengibarkan bendera putih.

Setelah terjadi kesepakan bersama antara kedua team, maka mereka melempari masyarakat yang hadir dilokasi disinilah terjadi pembauran saling lempar melempar. Dengan menangnya team laut hal ini dimaksudkan sebagai simbol agar penyu-penyu semakin banyak berdatangan dan bertelor di pantai paloh, namun olah raga seni budaya ini sudah tidak lagi dilaksanakan sungguh perlu dicarikan solusinya agar budaya ini dapat hidup kembali tentunya dapat disesuaikan dengan keadaan jaman sekarang.

1 comment:

  1. bagus idenya bang.......tapi masalahnya akanlah pemerintah setuju, soalnya penyu udah dilabel sebagai hewan yang dilindungi di seluruh dunia.... tapi walau bagaimanapun itu budaya Paloh yang perlu dilestarikan

    ReplyDelete