Perang telur penyu
merupakan jenis olahraga tradisional yang menggunakan otot ringan dan
bernuansakan seni, adat istiadat serta ritual keagamaan, Ki Asni warga dusun
jeruju desa sebubus kecamatan paloh menuturkan kisah sejarah tentang olah raga ini
sudah ada sejak Jaman Sultan M. Syafioedin Maulana yang pada saat itu pantai
masih menyatu dan sistem pajak telor sudah ada meliputi dari Tj. Bayung (
jawai) sampai Tj. Dato (Temajuk).
Penguasaan akan
penyu ini bermula dari H. Abdullah anak raja bone yang datang kepaloh dan
bermukim di Tj. Gelumbung atau pulau tua sampai belanda masuk kesambas dan sistem
pajak kemudian dibagi menjadi dua. Yang
membuat ramai daerah ini adalah dengan datangnya para nelayan dari china setiap
tahunnya yang berlabuh dipulau kambang dan seterusnya pengelolaan penyu ini
diserahkan kepada pak mohctar.
Perang telur ini
dimulai antara bulan januari – maret dengan terlebih dahulu memberitahukan
kepada seluruh masyarakat, kegiatan ini dimulai dengan acara ritual didarat
bersama masyarakat dengan pembacaan do’a tolak bala oleh tokoh agama dangan
menyiapakan berbagai macam kue yang nantinya akan dimakan secara bersama. Khusus dalam acara
ini, telor penyu hanya diambil dan dikumpulkan hanya satu malam jadi tidak
boleh lebih. Sedangkan acara perang telur dipimpin oleh pemangku adat dengan
membagi peserta dengan dua team, satu team darat dan satunya lagi team laut.
Masing-masing team
dibekali dengan ketupat yang berisi ampas kelapa dan telor penyu yang
dimasukkan kedalam kantong. Setelah kedua team
siap pemangku adat memberi aba-aba perang dimulai, yang menyerang pertama
adalah team darat dengan pembukaan seranggan menggukan ketupat setelah itu baru
menggunakan telor penyu sampai team laut mundur sampai masuk ke laut sebatas
leher.
Kemudian team laut
berunding untuk membalas serangan, ditengah suka cita team darat merasa sudah
memukul mundur team laut dan tanpa disadari team darat team laut melakukan
serangan balasan sehingga team darat kewalahan dan menyerah dengan mengibarkan
bendera putih.
Setelah terjadi
kesepakan bersama antara kedua team, maka mereka melempari masyarakat yang
hadir dilokasi disinilah terjadi pembauran saling lempar melempar. Dengan menangnya team
laut hal ini dimaksudkan sebagai simbol agar penyu-penyu semakin banyak
berdatangan dan bertelor di pantai paloh, namun olah raga seni budaya ini sudah
tidak lagi dilaksanakan sungguh perlu dicarikan solusinya agar budaya ini dapat
hidup kembali tentunya dapat disesuaikan dengan keadaan jaman sekarang.
bagus idenya bang.......tapi masalahnya akanlah pemerintah setuju, soalnya penyu udah dilabel sebagai hewan yang dilindungi di seluruh dunia.... tapi walau bagaimanapun itu budaya Paloh yang perlu dilestarikan
ReplyDelete