Sebubus Merupakan salah satu desa di Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat Indonesia dengan beragam potensi sumber daya alam, flora dan fauna serta keanekaragaman hayati dan ekosistem.
Tuesday, September 30, 2014
KENANGAN BERSAMA KKN KEBANGSAAN 2014
Walaupun pertemuan dengan Mahasiswa KKN Kebangsaan 2014 yang ada di Desa Sebubus dan Desa Mentibar sekitar dua mingguan terakhir sejak KKN ini dilaksanakan pada bulan Agustus dengan waktu yang sangat singkat tidak menyurutkan langkah untuk mengenalkan daerahku. Dari permasalahan yang ada, potensi sumber daya alam, sosial budaya, mata pencaharian masyarakat di bidang pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan yang ada dimasyarakat membuat keakraban yang terjalin sangat kental, sehingga menjadi modal awal untuk menggali dan mengembangkan suatu daerah pedesaan kedepan menjadi lebih baik. Dengan melihat secara langsung kehidupan masyarakat paling tidak dengan ilmu yang didapat dibangku kuliah dapat di amalkan dan dipraktekkan sebagai bentuk pengabdian yang nyata. Selain aktifitas di sekolah-sekolah sebagai tambahan kegiatan adalah melakukan ekspedisi alam dan yang paling berat adalah napak tilas perjalanan menyusuri pantai dengan melewati sungai menggunakan kendaraan bermotor seperti yang dilakukan masyarakat menuju perbatasan di Desa Temajuk sebelum jalan darat dibangun. Walau ada beberapa agenda yang belum terlaksana seperti melihat bekantan dan lain-lain sesuatu yang tertunda yang bisa dilanjutkan dalam kegiatan berikutnya, kedepan perlu ada kegiatan yang lebih menarik khususnya mahasiswa yang ada di Kalbar untuk bahu-membahu mempromosikan daerah sesuai dengan jurusannya masing-masing dalam bentuk penelitian atau apapun bentuknya.
Monday, September 8, 2014
MENJADI SAHABAT ALAM
Hutan mangrove merupakan hutan tropis yang tumbuh disepanjang pantai berlumpur/lempung/ gambut/ berpasir dan selalu digenangi oleh air laut secara berkala. Istilah mangrove digunakan sebagai pengganti istilah bakau, untuk menghindari salah pengertian dengan hutan yang hanya tediri dari jenis bakau-bakauan.
Di Indonesia banyak bermacam mangrove, namun yang umum ditemukan sebagai mana dipaloh seperti dari suku Rhizophoraceae (Rhiziphora spp; Bruguiera spp;Ceriops spp) dari jenis lain (Avicennia spp; Sonneratia, spp; Xycocarp
spp; Luminitzera spp; Nipah/ Nypa fruticans). Dalam memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-69 kali ini lembaga pemantau bekantan “Kalilaek Paloh yang berdomisili di Desa sebubus dengan salah satu programnya bergerak dibidang lingkungan mengadakan kegiatan menanam bakau 1000 pohon yang difokuskan di Desa Mentibar Kec. Paloh Kab. Sambas pada (27/8). Muazzi selaku Kades Mentibar beserta warganya menyambut baik dan antusias dengan adanya kegiatan ini, mengingat
daerah ini pantainya berlumpur yang setiap tahunnya semakin bertambah namun jenis yang tumbuh hanya api-api jadi perlu adanya pengkayaan dengan jenis yang lain seperti bakau dan tentunya hal ini akan berdampak positif bagi masyarakat dengan manfaat mangrove seperti yang dipaparkan oleh Darmawan (38) selaku koordinator kegiatan dari kalilaek paloh Secara fisik : • Hutan mangrove memiliki kerapatan 4 x lebih besar dibandingkan hutan tropis pada umumnya. • Potensi penyimpanan karbon jauh lebih besar. • Proses fotosistesis mengubah karbon anorganik (CO2) menjadi karbon organik dalam
bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer. Akan tetapi hutan mangrove justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk.• Hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon. • Hutan mangrove menyerap karbon dari atmosfer dan menguncinya didalam tanah selama ratusan hingga ribuan tahun. • Mangrove memiliki potensi ekonomi yang tinggi dalam 1 ha mangrove menyimpan 392.62 ton Carbon. • Penahan abrasi
pantai • Penahan intrusi (peresapan air laut • Penahan angin Secara biologi : - Tempat hidup biota laut - Sumber bahan organik sebagai sumber pakan konsumen pertama - Tempat hidup berbagai satwa seperti Bekantan satwa endemik kalimantan Secara sosial ekonomi - Tempat kegiatan wisata alam - Penghasil kayu - Penghasil tannin - Penghasil bahan pangan, obat-obatan, dll - Tempat sumber mata pencaharian masyarakat Terbukti dengan ramainya tamu undangan yang hadir seperti Anggota DPRD Sambas Sehan Arahman, Kadis Kehutanan dan
Perkebunanan Sambas, Kabid Pesisir DKP Sambas, Badan Lingkungan Hidup Sambas, BKSDA Wilayah III Singkawang, Muspika Paloh, Ka. UPT Perikanan Paloh, BAIS, LSM WWF Program Kalbar, LSM P2899, PT. Chakra Khatulistiwa Prima, PT. BANK KALBAR Capem Paloh, PT. BCP, Siswa SMUN 1, SMKN 1, SMPN 1, SMPN 2 beserta guru pendamping, Mahasiswa KKN Kebangsaan dimentibar dan sebubus, kawan-kawan AJFC Sambas, kelompok nelayan dan masyarakat yang turut membantu dalam kegiatan ini dengan penuh semangat menanam bibit bakau ini. Dengan
melihat secara langsung kondisi yang ada pihak instansi terkait punya komitmen yang sama tentang lingkungan dengan menggali dan mengembangkan ekonomi masyarakat pesisir dengan potensi sumber daya alam yang ada, dimulai dengan musrembang tentunya segala usulan akan terus digiring dan diperjuangkan untuk kepentingan masyarakat banyak dan membangun eco wisata dikarenakan paloh memiliki banyak potensi pariwisata yang dapat dikembangkan kedepan . Bagi para sisiwa hal ini sebagai suatu pembelajaran pengenalan terhadap
lingkungan agar cinta dan bersahabat dengan alam dengan harapan kegiatan seperti ini akan terus dilaksanakan dan dikembangkan. Lembaga Kalilaek Paloh selalu berusaha membangun komunikasi dengan prinsip Koordinasi, Integrasi, Singkronisasi (KIS ) dengan semua pihak tentunya bila segala sesuatu yang baik dikerjakan secara bersama-sama akan lebih ringan dan mudah karena sebaik-baik manusia adalah yang berguna dan bermanfaat dimanapun kita berada. Tentunya segala peran serta, dukungan, bantuan yang diberikan semua pihak dalam mensukseskan kegiatan ini adalah sebagai
ladang amal ibadah semoga Allah SWT memberikan rahmat dan nikmatnya kepada kita semua.
Di Indonesia banyak bermacam mangrove, namun yang umum ditemukan sebagai mana dipaloh seperti dari suku Rhizophoraceae (Rhiziphora spp; Bruguiera spp;Ceriops spp) dari jenis lain (Avicennia spp; Sonneratia, spp; Xycocarp
spp; Luminitzera spp; Nipah/ Nypa fruticans). Dalam memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-69 kali ini lembaga pemantau bekantan “Kalilaek Paloh yang berdomisili di Desa sebubus dengan salah satu programnya bergerak dibidang lingkungan mengadakan kegiatan menanam bakau 1000 pohon yang difokuskan di Desa Mentibar Kec. Paloh Kab. Sambas pada (27/8). Muazzi selaku Kades Mentibar beserta warganya menyambut baik dan antusias dengan adanya kegiatan ini, mengingat
daerah ini pantainya berlumpur yang setiap tahunnya semakin bertambah namun jenis yang tumbuh hanya api-api jadi perlu adanya pengkayaan dengan jenis yang lain seperti bakau dan tentunya hal ini akan berdampak positif bagi masyarakat dengan manfaat mangrove seperti yang dipaparkan oleh Darmawan (38) selaku koordinator kegiatan dari kalilaek paloh Secara fisik : • Hutan mangrove memiliki kerapatan 4 x lebih besar dibandingkan hutan tropis pada umumnya. • Potensi penyimpanan karbon jauh lebih besar. • Proses fotosistesis mengubah karbon anorganik (CO2) menjadi karbon organik dalam
bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer. Akan tetapi hutan mangrove justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk.• Hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon. • Hutan mangrove menyerap karbon dari atmosfer dan menguncinya didalam tanah selama ratusan hingga ribuan tahun. • Mangrove memiliki potensi ekonomi yang tinggi dalam 1 ha mangrove menyimpan 392.62 ton Carbon. • Penahan abrasi
pantai • Penahan intrusi (peresapan air laut • Penahan angin Secara biologi : - Tempat hidup biota laut - Sumber bahan organik sebagai sumber pakan konsumen pertama - Tempat hidup berbagai satwa seperti Bekantan satwa endemik kalimantan Secara sosial ekonomi - Tempat kegiatan wisata alam - Penghasil kayu - Penghasil tannin - Penghasil bahan pangan, obat-obatan, dll - Tempat sumber mata pencaharian masyarakat Terbukti dengan ramainya tamu undangan yang hadir seperti Anggota DPRD Sambas Sehan Arahman, Kadis Kehutanan dan
Perkebunanan Sambas, Kabid Pesisir DKP Sambas, Badan Lingkungan Hidup Sambas, BKSDA Wilayah III Singkawang, Muspika Paloh, Ka. UPT Perikanan Paloh, BAIS, LSM WWF Program Kalbar, LSM P2899, PT. Chakra Khatulistiwa Prima, PT. BANK KALBAR Capem Paloh, PT. BCP, Siswa SMUN 1, SMKN 1, SMPN 1, SMPN 2 beserta guru pendamping, Mahasiswa KKN Kebangsaan dimentibar dan sebubus, kawan-kawan AJFC Sambas, kelompok nelayan dan masyarakat yang turut membantu dalam kegiatan ini dengan penuh semangat menanam bibit bakau ini. Dengan
melihat secara langsung kondisi yang ada pihak instansi terkait punya komitmen yang sama tentang lingkungan dengan menggali dan mengembangkan ekonomi masyarakat pesisir dengan potensi sumber daya alam yang ada, dimulai dengan musrembang tentunya segala usulan akan terus digiring dan diperjuangkan untuk kepentingan masyarakat banyak dan membangun eco wisata dikarenakan paloh memiliki banyak potensi pariwisata yang dapat dikembangkan kedepan . Bagi para sisiwa hal ini sebagai suatu pembelajaran pengenalan terhadap
lingkungan agar cinta dan bersahabat dengan alam dengan harapan kegiatan seperti ini akan terus dilaksanakan dan dikembangkan. Lembaga Kalilaek Paloh selalu berusaha membangun komunikasi dengan prinsip Koordinasi, Integrasi, Singkronisasi (KIS ) dengan semua pihak tentunya bila segala sesuatu yang baik dikerjakan secara bersama-sama akan lebih ringan dan mudah karena sebaik-baik manusia adalah yang berguna dan bermanfaat dimanapun kita berada. Tentunya segala peran serta, dukungan, bantuan yang diberikan semua pihak dalam mensukseskan kegiatan ini adalah sebagai
Wednesday, August 6, 2014
JALAN TERBELAH
Bukan hanya tanah yang retak karena kuatnya panas namun jalan rabat beton menuju Dusun Jeruju Desa Sebubus Kecamatan Paloh juga mulai terbelah dalam beberapa bulan terakhir mulai terbelah sepanjang 300 M dengan lebar 2 sampai 3 Cm sampai terlihat dasar pondasi , hal ini perlu segera ditangani jika tidak akan membahayakan pengguna jalan yang berlalu lintas.
HARI RAYA DITENGAH MUSIBAH YANG MELANDA
Gema Takbir, Tahmid, Takbir berkumandang sebagai tanda hari kemenangan telah tiba dengan merayakan Idul Fitri 1435 H, ditengah suka cita merayakan lebaran ada juga warga yang sibuk menjaga kebun mereka yang masih utuh lantaran musibah kebakaran besar-besaran yang melanda daerahku Paloh.
Musim kemarau yang dimulai sejak bulan Januari 2014 mengakibatkan kebakaran memenghabiskan ratusan hektar hutan, gunung juga
terbakar serta kebun mulai dari sawit, karet, lada serta tanaman lainnya. Kebakaran kali ini membuat para warga yang berkebun menjadi lesu bagai mana tidak tanaman yang telah dipanen dan siap panen berumur 4-5 th yang mereka usahakan habis dalam waktu yang singkat tutur ismani (40) warga setingga.
Hal senada juga diungkapkan ramli (39) yang sudah tak mampu lagi memadamkan api siang dan malam dengan alat sederhana yaitu tangki penyemprot padi yang kemampuan serta kapasitasnya yang terbatas
akhirnya membiarkan kebunnya terbakar apalagi di bulan puasa sungguh sangat berat. Akibat kebakaran ini asap yang ditimbulkan membuat kabut tebal sehingga mengganggu jarak pandang, mata menjadi perih, penafasan juga terganggu dan saking panasnya embun dipagi hari juga tak ada.
Bukan hanya kebun sumber air bersih juga kering untuk mandi atau mencuci harus mengambil air dengan jarak yang jauh dan ada juga yang menggali sumur diparit-parit dengan
air yang sedikit, sedangkan untuk minum warga membeli air galon dan tentunya menambah biaya pengeluaran. Belum lagi masalah gagal panen padi jika hal ini terjadi bearti untuk yang kedua kalinya secara berturut-turut, biasanya warga tak kekurangan beras karena stok padi masih banyak dengan kekeringan ini semua menjadi kesulitan. Tak hanya didarat dilautpun bagi para nelayan yang mencari ikan merasakan menurunnya hasil tangkap mereka, tanda-tandanya juga sudah terlihat dengan hilangnya ubur-ubur sebagai tambahan rezeki diawal tahun bagi warga yang biasanya banyak kini tak terlihat.
Tentunya dalam musibah ini bukan hanya manusia yang mengalami kesulitan tumbuhan dan satwa juga mengalaminya, dalam hal ini kita semua harus intropeksi dan menjaga keseimbangan antara manusia dan alam jangan sampai alam menjadi rusak baik didarat maupun dilaut akibatnya kita juga yang merasakan.
Allah SWT memberikan alam semesta ini kepada manusia agar dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan, namun dalam pemanfaatannya bukan dengan cara berlebihan dan merusak yang tentunya Sang Penguasa Jagat Raya juga tidak suka dan alampun bisa menjadi murka. Manusia, tumbuhan serta satwa semua berdo’a supaya hujan segera turun dan Alhamdulillah pada bebearapa hari yang lalu diawal Agustus ini ad turun hujan walaupun belum seperti yang diharapkan paling tidak dapat membuat keadaan menjadi sedikit lebih baik.
Tentunya dukungan Pemerintah sangat diperlukan dalam mengatasi musibah ini dengan memberikan pencerahan, soialisasi tentang lingkungan agar hal-hal yang tak dinginkan dapat diantisifasi serta melengkapi fasilitas berupa alat pemadam kebakaran, membuat penampungan air dikaki gunung sehingga diwaktu curah hujan tinggi tidak terbuang sia-sia, memanfaatkan rawa untuk sumber air pertanian yang dapat dialirkan sewaktu kemarau tiba serta mereboisasi hutan yang rusak dan membantu masyarakat dalam mengatasi krisis pangan.
Musim kemarau yang dimulai sejak bulan Januari 2014 mengakibatkan kebakaran memenghabiskan ratusan hektar hutan, gunung juga
terbakar serta kebun mulai dari sawit, karet, lada serta tanaman lainnya. Kebakaran kali ini membuat para warga yang berkebun menjadi lesu bagai mana tidak tanaman yang telah dipanen dan siap panen berumur 4-5 th yang mereka usahakan habis dalam waktu yang singkat tutur ismani (40) warga setingga.
Hal senada juga diungkapkan ramli (39) yang sudah tak mampu lagi memadamkan api siang dan malam dengan alat sederhana yaitu tangki penyemprot padi yang kemampuan serta kapasitasnya yang terbatas
akhirnya membiarkan kebunnya terbakar apalagi di bulan puasa sungguh sangat berat. Akibat kebakaran ini asap yang ditimbulkan membuat kabut tebal sehingga mengganggu jarak pandang, mata menjadi perih, penafasan juga terganggu dan saking panasnya embun dipagi hari juga tak ada.
Bukan hanya kebun sumber air bersih juga kering untuk mandi atau mencuci harus mengambil air dengan jarak yang jauh dan ada juga yang menggali sumur diparit-parit dengan
air yang sedikit, sedangkan untuk minum warga membeli air galon dan tentunya menambah biaya pengeluaran. Belum lagi masalah gagal panen padi jika hal ini terjadi bearti untuk yang kedua kalinya secara berturut-turut, biasanya warga tak kekurangan beras karena stok padi masih banyak dengan kekeringan ini semua menjadi kesulitan. Tak hanya didarat dilautpun bagi para nelayan yang mencari ikan merasakan menurunnya hasil tangkap mereka, tanda-tandanya juga sudah terlihat dengan hilangnya ubur-ubur sebagai tambahan rezeki diawal tahun bagi warga yang biasanya banyak kini tak terlihat.
Tentunya dalam musibah ini bukan hanya manusia yang mengalami kesulitan tumbuhan dan satwa juga mengalaminya, dalam hal ini kita semua harus intropeksi dan menjaga keseimbangan antara manusia dan alam jangan sampai alam menjadi rusak baik didarat maupun dilaut akibatnya kita juga yang merasakan.
Allah SWT memberikan alam semesta ini kepada manusia agar dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan, namun dalam pemanfaatannya bukan dengan cara berlebihan dan merusak yang tentunya Sang Penguasa Jagat Raya juga tidak suka dan alampun bisa menjadi murka. Manusia, tumbuhan serta satwa semua berdo’a supaya hujan segera turun dan Alhamdulillah pada bebearapa hari yang lalu diawal Agustus ini ad turun hujan walaupun belum seperti yang diharapkan paling tidak dapat membuat keadaan menjadi sedikit lebih baik.
Tentunya dukungan Pemerintah sangat diperlukan dalam mengatasi musibah ini dengan memberikan pencerahan, soialisasi tentang lingkungan agar hal-hal yang tak dinginkan dapat diantisifasi serta melengkapi fasilitas berupa alat pemadam kebakaran, membuat penampungan air dikaki gunung sehingga diwaktu curah hujan tinggi tidak terbuang sia-sia, memanfaatkan rawa untuk sumber air pertanian yang dapat dialirkan sewaktu kemarau tiba serta mereboisasi hutan yang rusak dan membantu masyarakat dalam mengatasi krisis pangan.
Subscribe to:
Posts (Atom)