Tuesday, January 3, 2017

DIANGGAP HAL BIASA SEKARANG JADI PILIHAN

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya tempat aktifitas masyarakat sehari-hari  di hutan mangrove untuk mencari kepiting, kuyung, kepah sebagai sumber penghasilan yang dianggap hal biasa sekarang menjadi ramai dikunjungi warga dari berbagai wilayah, begitu juga dengan istilah mangrove mulai dikenal oleh masyarakat luasyang biasanya hanya dikenal dengan namanya bakau. Terobosan baru bagi daerah ini menjadi tujuan wisata semenjak selesai dibangunnya jembatan dan jalan titian atau track dimangrove Dusun Setingga Asin yang berdampingan dengan Dusun Setingga Desa Sebubus Kecamatan Paloh pada akhir Nopember 2016 perlu jadi acuan untuk pengembangan kedepan dan tidak hanya sebagai tempat wisata lokasi ini bisa jadi sarana pendidikan maupun penelitian.


Walaupun masih tergolong baru namun antusias pengunjung yang penasaran mengenai ecowisata mangrovemembawa mereka ketempat ini, setiap hari selalu ada yang datang berkunjung apalagi hari minggu.Suasana hutan mangrove yang masih alami dengan suasana teduh, sejuk dan indah dengan kicauan suara burung membuat pikiran menjadi tenang dan ditambah denganadanya satwa endemik Kalimantan bekantan yang sering terlihat dipinggir-pinggirsungai membuat tempat ini dapat menjadi alternative tujuan wisata. Bagi anak-anak muda yang senang dengan foto  kreasi untuk menghiasi profil mereka dengan latar belakang pepohonan membuat suasana hutan mangrove ini menjadi ceria dan hidup didunia maya.


Pada awal tahun baru 2017 minggu (1/1) jumlah pengunjung yang datang membludak sampai ribuan orang, terlihat dari kendaraan diparkiran sampai track yang penuh sesak sampai-sampai untuk berselisih jalan juga kesulitan sakingramainya orang yang datang apalagi ada yang selfi didepan disaat ramai bakalan macet jalan track, hal ini dikarenakan track yang digunakan baru satu jalur dengan ukuran panjang  438 Mlebar    1,30 M ditambah stagher kecil di ujung track menuju sungai  sehingga pengunjung hanya bolak balik. Melihat kondisi ini perlu peningkatan dan pengembangan lebih lanjut dengan memperpanjang track untuk mengelilingi pulau, gazebo, warung makanan, moshola, perahu wisata, outbound dan yang tak kalah pentingnya adalah wc.

Bagaimana tidak bagi pengunjung yang sudah tidak tahan lagi mau buang air besar atau kecil harus turun kelumpur hutan mangrove tak bisa terbayangkan bagaimana jadinya, kalau lelaki mungkin bisa bagaimana jika perempuan waduh bisa gawat urusannya. Hal ini sudah dipikirkan pengelola dan tentunya juga perlu perhatian dari segala pihak, terutama Pemerintah harus segera turun tangan untuk membantu mengatasi hal ini, masyarakat sudah berbuat sesuai kemampuan dan perlu didukung dalam membangun sarana dan prasarana untuk mengembangan daerah ini. Dengan semakin baiknya fasilitas ecowisata ini diharapkan pengunjung lebih betah dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat dengan menjual beraneka panganan ala mangrove, souvenir, home stay, rumah makan, jasa angkutan sungai dan sebagainya.


Bagi para pengunjung juga harus memperhatikan himbauan yang disampaikan KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA SEKTOR PALOH tentang :

1.   Menjaga Keamanan dan Ketertiban masyarakat.
2.  Tidak membawa Miras, Senjata Tajam, Senpi, Narkoba, maupun hal-hal yang dapat merusak dan menimbulkan gangguan Keamanan dan Ketertiban masyarakat (kamtibmas).

3.  Tidak menyalah gunakan tempat ecowisata mangrove pada malam hari yang dapat menimbulkan gangguan Keamanan dan Ketertiban masyarakat (kamtibmas) dan tidak sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

Selain itu pengelola juga menyampaikan himbauan agar pengunjung tidak membuang sampah sembarangan, mematahkan dahan dan ranting pohon yang ada di lokasi Ecowisata Mangrove.Jika kedapatan melakukan hal tersebut diberikan sanksimenanam pohon mangrove minimal 2 pohon.Mari dukung gerakan pelestarian lingkungan dan peningkatan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan.


No comments:

Post a Comment