Tidak pernah terbayangkan sebelumnya tempat
aktifitas masyarakat sehari-hari di
hutan mangrove untuk mencari kepiting, kuyung, kepah sebagai sumber penghasilan
yang dianggap hal biasa sekarang menjadi ramai dikunjungi warga dari berbagai
wilayah, begitu juga dengan istilah mangrove mulai dikenal oleh masyarakat
luasyang biasanya hanya dikenal dengan namanya bakau. Terobosan baru bagi daerah
ini menjadi tujuan wisata semenjak selesai dibangunnya jembatan dan jalan
titian atau track dimangrove Dusun Setingga Asin yang berdampingan dengan Dusun Setingga Desa Sebubus
Kecamatan Paloh pada akhir Nopember 2016 perlu jadi acuan untuk pengembangan
kedepan dan tidak hanya sebagai tempat wisata lokasi ini bisa jadi sarana
pendidikan maupun penelitian.
Walaupun masih tergolong baru namun
antusias pengunjung yang penasaran mengenai ecowisata mangrovemembawa mereka
ketempat ini, setiap hari selalu ada yang datang berkunjung apalagi hari
minggu.Suasana hutan mangrove yang masih alami dengan suasana teduh, sejuk dan
indah dengan kicauan suara burung membuat pikiran menjadi tenang dan ditambah
denganadanya satwa endemik Kalimantan bekantan yang sering terlihat
dipinggir-pinggirsungai membuat tempat ini dapat menjadi alternative tujuan
wisata. Bagi anak-anak muda yang senang dengan foto kreasi untuk menghiasi profil mereka dengan
latar belakang pepohonan membuat suasana hutan mangrove ini menjadi ceria dan
hidup didunia maya.
Pada awal tahun baru 2017 minggu (1/1) jumlah
pengunjung yang datang membludak sampai ribuan orang, terlihat dari kendaraan
diparkiran sampai track yang penuh sesak sampai-sampai untuk berselisih jalan
juga kesulitan sakingramainya orang yang datang apalagi ada yang selfi didepan
disaat ramai bakalan macet jalan track, hal ini dikarenakan track yang
digunakan baru satu jalur dengan ukuran panjang
438 Mlebar 1,30 M ditambah
stagher kecil di ujung track menuju sungai
sehingga pengunjung hanya bolak balik. Melihat kondisi ini perlu
peningkatan dan pengembangan lebih lanjut dengan memperpanjang track untuk
mengelilingi pulau, gazebo, warung makanan, moshola, perahu wisata, outbound
dan yang tak kalah pentingnya adalah wc.
Bagaimana tidak bagi
pengunjung yang sudah tidak tahan lagi mau buang air besar atau kecil harus
turun kelumpur hutan mangrove tak bisa terbayangkan bagaimana jadinya, kalau
lelaki mungkin bisa bagaimana jika perempuan waduh bisa gawat urusannya. Hal
ini sudah dipikirkan pengelola dan tentunya juga perlu perhatian dari segala
pihak, terutama Pemerintah harus segera turun tangan untuk membantu mengatasi
hal ini, masyarakat sudah berbuat sesuai kemampuan dan perlu didukung dalam
membangun sarana dan prasarana untuk mengembangan daerah ini. Dengan semakin
baiknya fasilitas ecowisata ini diharapkan pengunjung lebih betah dan dapat
menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi
Bagi para pengunjung juga harus
memperhatikan himbauan yang disampaikan KEPOLISIAN
REPUBLIK INDONESIA SEKTOR PALOH tentang :
1. Menjaga Keamanan dan Ketertiban masyarakat.
2. Tidak
membawa Miras, Senjata Tajam, Senpi, Narkoba, maupun hal-hal yang dapat merusak
dan menimbulkan gangguan Keamanan dan Ketertiban masyarakat (kamtibmas).
3. Tidak
menyalah gunakan tempat ecowisata mangrove pada malam hari yang dapat
menimbulkan gangguan Keamanan dan Ketertiban masyarakat (kamtibmas) dan tidak
sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Selain itu pengelola
juga menyampaikan himbauan agar pengunjung tidak membuang sampah sembarangan,
mematahkan dahan dan ranting pohon yang ada di lokasi Ecowisata Mangrove.Jika
kedapatan melakukan hal tersebut diberikan sanksimenanam pohon mangrove minimal
2 pohon.Mari dukung gerakan pelestarian lingkungan dan
peningkatan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan.
No comments:
Post a Comment