Menyikapi keberadaan hutan bakau / mangroove di Desa Sebubus merupakan sebuah anugerah dari Sang Pencipta, karena dengan aliran sungai yang panjang dan bercabang-cabang serta indahnya bakau dengan akar yang kokoh sebagai penahan abrasi sekaligus tempat berkembang biaknya berbagai jenis spesies sehingga dapat dijadikan objek wisata.
Kondisi bakau yang masih alami, sehingga memudahkan spesies bekantan dan satwa lainnya seperti lutung, kera, burung untuk berkembang biak. Seringnya bekantan yang berada di hutan bakau terusik keberadaannya dengan banyak ditemukan aktifitas yang mengganggu.
Melihat kondisi tersebut diatas, kami merasa terpanggil untuk melakukan
pengamanan dan pengawasan demi kelestarian bekantan agar keberadaannya
tidak punah, yang merupakan salah satu ciri
khas Paloh.
khas Paloh.
Tantangan dan hambatan yang ditemui pada pelaksanaan pengamanan dan pengawasan yang dilaksanakan menurut mok lojai yang kesehariannya berada di lokasi bekantan :
- Masih ada yang memburu bekantan dan satwa lainnya untuk di makan dan di jadikan umpan bubu kepiting karena kurangnya kesadaran masyarakat.
- Masih banyak orang beraktifitas di daerah bakau yang akhirnya mengganggu aktivitas bekantan
- Maraknya pembukaan lahan sampai kelokasi bakau.
Pemantauan ini bermula ketika di buatnya tanggul pada tahun 2007
sehingga terlihat spesies bekantan dan satwa lainnya yang berdekatan dengan pemukiman penduduk, sehingga timbul pada tahun 2009 beberapa orang masyarakat untuk bersama melakukan pemantauan. Baru pada tanggal 05 Oktober 2012 kami membentuk sebuah kelompok pemantau bekantan yang diberi nama Kalilaek
Paloh secara resmi.
Semoga Pemerintah maupun pihak-pihak terkait dapat membantu dan mendukung kegiatan ini dan menjadikan Sumber Daya Alam
yang ada di paloh sebagai pariwisata andalan Seperti Bakau terdapat Bekantan, Sungai ada Buaya muara dan tempat
Pemancingan sampai Ke Batu Bejamban.