Hutan mangrove memiliki peran penting bagi daerah pesisir yang fungsi sebagai penahan abrasi, penahan gelombang, penahan angin, penyangga intrusi air laut, sumber makanan dan pemijahan bagi biota laut, sebagai tempat habitat satwa endemik kalimantan (bekantan), penghasil oksigen dan penyerap karbon dioksida dan sebagai zona ekonomi tradisional masyarakat.
Bagi masyarakat aktifitas ekonomi dalam pemanfaatan hutan mangrove yang biasa mereka lakukan adalah mencari kepiting, tengkuyung, kepah dan terigang. Sedangkan untuk pemanfaatan buah dan daun mangrove masih sangat terbatas. Untuk meningkatan pengetahuan dan kapasitas masyarakat diperlukan pelatihan dan pembinaan berkelanjutan.
Dalam hal ini Earthqualizer bersama the David & Lucile Packard
FOUNDATION memfasilitasi kegiatan Pelatihan Pengolahan Hasil Hutan Bukan
Kayu (HHBK) berbahan dasar buah dan daun mangrove yang berkerjasama dengan
Organisasi Kalilaek, bertempat di
sekretariat Sahabat Hutan Lestari mangrove Desa Sebubus Kecamatan Paloh
Kabupaten Sambas. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan selama dua hari (5-6/10/2020).yang di
hadiri oleh ibu-ibu dan remaja baik itu dari kelompok maupun pelaku usaha kecil
menengah dari Desa Sebubus Paloh dan Desa Santaban Sajingan Besar.
Untuk pengenalan jenis buah dan daun mangrove yang dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan maupun minuman dan sebagai sumber bahan pangan, disampaikan oleh darmawan sedangkan untuk pengolahan di sampaikan oleh narasumber lokal sdri Eli Sunarya dan Heny dari Setingga (Sebubus) serta Yuliati dari Nibung. Dalam penyampaian tentang mangrove ini ada beberapa buah yang dapat langsung diolah seperti buah Pidada atau Gerambang (Sonneratia Ovata) dijadikan sirup, dodol, selai, permen dll. Kemudian buah nipah atau tembatok (Nypa Fruticans) dijadikan gula, manisan, tepung untuk olahan kue. Untuk daun jeruju (Acanthus ilicifolius) dapat dijadikan teh herbal maupun bahan campuran sabun menggunakan serbuk teh, buah nyirih (Xylocarpus Granatum) dijadikan lulur dan bedak dingin anti UV.
Sedangkan buah yang harus melalui tahapan proses pembuangan zat tannin dalam praktek kegiatan ini tidak sulit, adapun buah yang digunakan seperti buah Api-api (Avicennia Marina dan Avicennia Alba) dapat dijadikan tepung, aneka kue, masakan rendang, sambal teri api-api dan. Kemudian buah lindur atau tumok (Bruguiera gymnorrhiza) dapat dijadikan tepung, aneka kue dan keripik. Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan pelatihan pengolahan HHBK ini, selain dapat mengenal berbagai jenis mangrove mereka dapat berkreasi membuat berbagai panganan seperti pudding, kue kering, kue basah, kripik, manisan, es kopyor sirup mangrove dipadukan dengan buah nipah dan lain sebagainya. Selain itu di buat olahan abon kepah, serondeng kepah, tanak lada hitam kepah.
Olahan makan dan minumanan berbahan dasar mangrove ini perlu di kembangkan, mengingat Paloh sudah mulai dikenal dan dilirik sebagai tempat wisata pantai, wisata mangrove, wisata sungai dll sehingga diperlukan kuliner khas daerah pesisir sebagai oleh-oleh bagi para pengunjung maupun dapat dipasarkan di tingkat lokal maupun domestik. Dengan pelatihan ini diharapkan mangrove Desa Sebubus dan desa-desa sekitarnya yang masih bagus dapat terjaga dan terpelihara serta dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan cara tidak merusak. Untuk mewujudkan pengembangan ekonomi masyarakat di berbagai sektor desa diperlukan kerjasama dari semua lini, tidak hanya satu pihak saja. Mari kita wariskan mangrove untuk generasi berikutnya, mangrove untuk masa depan.